08/02/08

Kaloran bertekad jadi sentra kerajinan tangan

Harian Wawasan 8/02/2008/ TEMANGGUNG - Banyak orang membuang kulit jagung karena dianggap tidak berguna. Juga ada yang menjadikan kulit jagung sebagai pakan ternak. Namun ternyata, kulit jagung dalam sentuhan tangan-tangan terampil bisa berubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi.
Seperti yang kini dirintis di Kaloran, dimana barang buangan dibuat sebagai barang kerajinan disini. "Selain kulit jagung, pelepah pisang pun bisa diolah menjadi barang kerajinan yang bisa menghasilkan keuntungan".

Hal itu dikatakan Julita Joylita, dari Lembaga Pendidikan Terapan Masyarakat (LPTM) Surabaya di depan peserta pelatihan pendidikan kecakapan hidup (life skill) kerajinan dari pemberdayaan tanaman enceng gondok di Dusun Kauman, Desa kaloran, Kecamatan Kaloran, Temanggung, kemarin, yang dihadiri sekitar 30 ibu rumah tangga setempat. Menurut Julita, yang pernah meraih penghargaan Kalpataru tahun 2004 dan beberapa kali mengikuti pelatihan serupa di luar negeri ini, pihaknya memberikan pelatihan gratis itu selama sepekan. "Potensi alam daerah mampu menyumbangkan nilai ekonomi bagi masyarakatnya jika dikelola dengan baik," katanya.

Di Kaloran, misalnya, terdapat banyak pelepah pisang dan tanaman jagung. Keduanya bisa diubah menjadi barang kerajinan dengan pangsa pasar sangat bagus. Antara lain tas, tempat makanan, dompet, dan aneka suvenir. "Di Surabaya banyak enceng gondok, sehingga bahan baku itu yang saya gunakan. Akan tetapi kulit jagung dan pelepah pisang pun bisa saya gunakan sebagai bahan baku kerajinan," katanya.

Menurutnya, yang terpenting masyarakat memiliki komitmen, kemauan, kerja keras dan tidak mudah putus asa. Dia berharap masyarakat setempat mau mengembangkan apa yang didapat dari pelatihan dengan tahapantahapan selanjutnya. Terutama masalah marketing karena merupakan kunci kelangsungan sebuah usaha. Selain untuk bekal keterampilan hidup, pelatihan ini, katanya, juga sekaligus menjadi solusi penyelamatan lingkungan. ""Belakangan penebangan hutan banyak dilakukan karena desakan ekonomi. Jadi seharusnya kita sendirilah yang mencari solusinya. Bukan terus melakukan penjarahan hutan yang terbukti berakibat sangat fatal seperti banjir dan tanah longsor," jelasnya.

Cari solusi
Faiz Manshur, pemrakarsa pelatihan itu mengatakan, gerakan lokal ini bertujuan mencari solusi pemberdayaan ma-syarakat dan menumbuhkan kekuatan ekonomi lokal, terutama sektor pertanian. "Kami berharap ini menjadi salah satu solusi kesulitan ekonomi rakyat di pedesaan. Hal semacam ini jarang disentuh pemerintah, maka ini coba kami lakukan," kata Faiz.

Menurut dia, pelatihan ini baru merupakan gebrakan awal. Dia memastikan masih ada tahap selanjutnya, yakni menerapkan pelatihan itu dalam keterampilan yang nyata di desanya. Masalah pemasaran sudah dipikirkan oleh panitia pelatihan. "Kami memilih bidang ini karena berdasarkan pengamatan kami, bidang ini memiliki prospek pasar yang cukup cerah," ujarnya.

Camat Kaloran, Bagus Pinuntun SSos menilai acara itu bagus untuk membuka wawasan warga pedesaan yang selama ini hanya bergantung pada sektor pertanian. Dia menyatakan rasa terima kasihnya yang dalam atas penyelenggaraan pelatihan itu. "Biasanya kalau pemerintah yang menyelenggarakan pelatihan semacam ini kerap tidak tuntas, tidak ada tindak lanjutnya. Jika pelatihan ini nantinya akan ditindaklanjuti, tentu kami sangat berterima kasih," katanya.

Dia berharap setelah usai pelatihan dilanjutkan dengan kegiatan produksi sekaligus menggarap marketing. "Supaya hal ini mendapat perhatian dari pemerintah, sebaiknya membentuk kelompok usaha kecil bidang kerajinan agar masalah permodalan bisa teratasi," katanya. Dia berjanji akan memantau perkembangannya hingga terbentuk sentra kerajinan. her/ad

1 komentar:

Puspita mengatakan...

Salam kenal dari guru desa.